Jumat, 17 Januari 2014

Batik Madura

http://batikgentonganmadura.com/wp-content/uploads/2012/09/E8.jpg
Batik Madura adalah salah satu bentuk seni budaya. Batik tulis Madura banyak diminati oleh pecinta batik lokal maupun internasional. Kebanyakan orang mengenal batik tulis Madura dengan karakter yang kuat, dengan warna yang berani (merah, kuning, hijau muda). Tapi jarang yang mengetahui bahwa batik Madura memiliki lebih dari seribu motif dan paling terkemuka di pasar batik di Indonesia maupun mancanegara.


jual-batik-madura.jpgMacam Motif Batik Madura

Di Pulau Madura sendiri sudah sejak lama dikenal sejumlah sentra kerajinan batik. Misalnya di Kabupaten Pamekasan, sejak jaman dulu banyak perajin dan pengusaha batik bermukim dan mengembangkan usaha batiknya di wilayah tersebut. Sampai saat ini Kabupaten Pamekasan dikenal sebagai salah satu sentra industri kerajinan Batik di Pulau Madura. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupten lain di Pulau Madura, Kabupaten Pamekasan inilah yang paling banyak dihuni para perajin dan pengusaha batik.

Tradisi mengenai kain batik yang tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan baik di kalangan mereka. Bahkan ketika kain batik belum sepopuler seperti dewasa ini, masyarakat Madura tetap memproduksi dan mengenakan pakaian batik, karena batik merupakan bagian dari adat dan budaya mereka sehari-hari. Kini ketika kain batik sudah begitu populer dan memasyarakat, para perajin dan pengusaha batik di Pulau Madura semakin bergairah dalam memprodusi kain batik. Dan salah satunya “kayanabatik” yang merupakan salah satu produsen batik yang selalu menghadirkan motif-motif terbaru.

Sejarah Batik Madura
Kain batik Madura mulai dikenal masyarakat luas pada abad ke 16 dan 17 sejak zaman kerajaan. Alkisah bermula ketika sedang terjadi peperangan di daerah Pamekasan Madura. Peperangan tersebut antara Ke’ Lesap melawan Raden Azhar (Kiai Penghulu Bagandan). Raden Azhar adalah ulama penasihat spriritual Adipati Pamekasan yang memiliki nama Raden Ismail atau Adipati Arya Adikara IV. Sedangkan Ke’ Lesap merupakan putera Madura asli keturunan Cakraningrat I dengan istri selir.

Raden Azhar memakai pakaian kebesaran batik motif parang atau dalam bahasa Madura lazim disebut motif leres yaitu kain batik dengan motif garis melintang simetris dalam peperangan tersebut. Saat memakai kain batik motif parang, terlihat Raden Azhar memiliki kharisma dan tampak gagah. Sejak saat itulah, jenis batik menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Madura terutama pembesar-pembesar di Pamekasan.

Di Jogjakarta dan Solo, Jenis kain batik parang adalah pakaian kebesaran para raja. Konon katanya, rakyat biasa pantang memakainya. Tetapi itu dulu, jika sekarang bolehlah asal tidak dipakai saat bertemu dengan raja. Misalnya dipakai untuk kondangan atau menghadiri rapat. Tokoh masyarakat penting yang mengenalkan kain batik ke Madura adalah seorang Adipati Sumenep, Arya Wiraraja yang tidak lain merupakan sekutu dekat Raden Wijaya, sebagai pendiri kerajaan Majapahit. Dari beberapa kalangan memberikan penilaian, terdapat kesamaan motif kain batik Jogjakarta dan Madura. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan Jogjakarta disebabkan karena ada hubungan darah antara Raja Mataram dengan pembesar di Madura itu sendiri. Kerajaan Bangkalan pada zaman Raja Cakraningrat I adalah bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung.

Keunikan Motif Batik Madura
Motif batik madura memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh beberapa batik dari daerah lainnya. Ciri utama atau khas batik Madura sebagai usaha rumahan yang mudah dikenali yaitu selalu terdapatnya warna merah dalam motif bunga ataupun daun. Dalam hal pewarnaan, kain dan motif batik Madura memakai pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok, ramah lingkungan dan lebih tahan lama. Hubungan dagang dengan bangsa asing dimasa lampau yang menyebabkan adanya akulturasi budaya(cina, Hindia dan Gujarat) yang berpengaruh pula pada batik yang bersifat ekspresif. Oleh sebab itu penduduk Madura mencoba mencari warna yang berbeda atau warna yang tidak sering dijumpai. Disamping warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam.

Batik madura memiliki banyak tarikan garis pada satu desainnya. Ragam motifnya diambil dari motif tumbuhan, binatang, serta motif kombinasi hasil kreasi pembatiknya. Batik Madura terdiri dari berbagai motif batik sesuai daerahnya. Batik pesisiran memiliki motif dan warna yang berani, sedangkan batik pedalaman bercorak klasik dan cenderung redup warna. Hal tersebut terkait  dengan sifat masyarakat pesisir yang terbuka dari pengaruh budaya luar. Ciri khas lain batik madura adalah banyaknya garis yang terpampang dalam satu desainnya. Tiap desain batik tersebut pun memiliki cerita masing-masing yang menggambarkan keseharian rakyat Madura.

Selain berbagai motif dan corak yang beragam, batik madura juga mempunyai berbagai jenis. Diantaranya adalah jenis batik Gentongan. Batik gentongan ini memiliki harga yang tak murah. Namun meski demikian, batik ini selalu diburu oleh kolektor maupun penggemar batik. Batik ini diberi nama gentongan karena pada proses pembuatannya, ada sebuah alat yang sangat memperngaruhi yaitu gentong atau gerabah. Alat gentong atau gerabah ini digunakan pada saat proses pewarnaan dengan bahan pewarna alami seperti daun tarum untuk warna biru, kulit mundu ditambah tawas untuk efek warna hijau, kulit mengkudu dan tingi untuk warna merah, kulit buah jelawe, kayu jambal, kayu jirek, dan yang lainnya.


kain_batik_gentongan.jpgKain Batik Gentongan

Proses pewarnaan ini juga tergolong lama yaitu sekitar 3 sampai 6 bulan. Warna terang dan gelapnya dihasilkan melalui lamanya perendaman kain selama 1 hingga 3 bulan, bahkan ada yang mencapai 1 tahun. Perendaman ini juga akan membuat warna kain batik lebih awet dari biasanya. Ciri dari batik gentongan adalah warna yang berani, corak bahari seperti kapal, rumput laut, dan sebagainya. Yang menarik dari batik gentongan adalah sekilas batik ini terlihat basah, namun jika dipegang, teksturnya halus dan kering.

Sentra Batik di Pulau Madura

Adapun sentra-sentra batik madura antara lain sentra batik tulis Tanjung Bumi di Bangkalan, sentra batik tulis Banyumas Klampar, Pamekasan, dan sentra batik tulis Pekandangan Sumenep, sifat pribadi produksinya dilakukan di unit. Kebanyakan sentra batik madura merupakan usaha kecil menengah yang dikerjakan di rumah-rumah. Kegiatan membatik merupakan kegiatan mengisi waktu luang bagi ibu-ibu di sana. Pengusaha batik madura masih mempertahankan produksi tradisional, yang ditulis dan diolah dengan cara tradisional.
Kabupaten Bangkalan

Bangkalan merupakan tempat yang paling dekat dengan Surabaya. Oleh Karena itu, Bangkalan menjadi tempat yang paling berkembang dengan banyaknya pengunjung setelah Suramadu dibuka. Ada banyak tempat kuliner, toko souvenir dan oleh-oleh khas Madura, juga banyak toko batik yang buka di Bangkalan, salah satunya yaitu di Pasar Ki Lemah Dhuwur.


batik_bangkalan.jpgBatik Bangkalan

Pasar ini terletak di ring road kota Bangkalan, setelah Hypermart Bangkalan Plaza jika dari arah Surabaya. Jika dari jembatan Suramadu menuju ke arah kota Bangkalan, dan kurang lebih 6 km dari simpang Suramadu, sebelum masuk ke kota Bangkalan terdapat lampu merah simpang Junok, belok kiri tepatnya Jalan Halim Perdanakusuma, dan tidak jauh dari simpang Junok kurang lebih 3 km dapat dijumpai pasar Ki Lemah Duwur. Pasar tersebut menjual berbagai macam jenis dan motif batik madura. Batik Bangkalan termasuk kategori batik pesisiran dan bukan batik pedalaman.  Oleh karena itu, coraknya beragam dan berwarna cerah. Motif batik bangkalan lebih dari seribu jenis. Nama motifnya terkait gambar apa dan cara pewarna yang dikonsonankan dengan bahasa daerah setempat. Nama-nama motif tersebut diantaranya adalah: ramo, banjar ramo, rongterong, perkaper, rawan, serat kayu, panca warna, dan sebagainya. Harga batik yang dijual pun cukup bervariasi, mulai harga dibawah Rp. 50.000,00 hingga jutaan rupiah. Selain Pasar Ki Lemah Dhuwur di Bangkalan tepatnya di Tanjungbumi, banyak dijumpai eksotiknya batik madura yang dibuat dengan teknik khusus dengan nama batik gentongan.


motif_tanjung_bumi.jpgMotif Batik Tanjung Bumi


Tanjung Bumi merupakan kecamatan di Kabupaten Bangkalan, terletak 46 km ke arah utara kota Bangkalan. Para penjual batik di Tanjung Bumi tersebar di sekitar pasar Tanjung Bumi. Pada saat masuk ke kecamatan Tanjung Bumi, terdapat beberapa toko batik yang tersebar baik besar dan kecil. Biasanya pengrajin batik-nya juga ada dibelakang toko tersebut. Ada juga yang seperti rumah biasa. Di Tanjung Bumi calon pembeli batik dapat memastikan keaslian dari batik tulis tersebut, disamping itu juga dapat melihat langsung proses pembuatan batik. Dari segi harga, batik di Tanjung Bumi beda tipis dengan yang dijual di Pasar Ki Lemah Duwur Bangkalan.
Kabupaten Sampang
Kabupaten Sampang tidak memiliki sentra khusus bagi pedagang batik, beberapa pedagang batik berpencar membuka toko sendiri, dan jumlahnya juga tidak terlalu banyak.
Kabupaten Pamekasan
Diantara kabupaten lainnya di Pulau Madura, Pamekasan merupakan kabupaten yang paling intensif memasarkan batik, dan mengidentikkan kotanya dengan sebutan kota batik. Pamekasan Kota Batik, itu slogan yang diusung. Pamekasan memberikan beberapa ruang khusus bagi para pedagang batik. Gapura dan mural bernuansa batik-pun banyak dijumpai di Pamekasan.
Di Pamekasan, terdapat motif batik dengan warna-warna yang tajam dan cerah seperti Sekarjagat, Keong Mas, Matahari, Daun Memba (daun mojo), dan Gorek Basi. Beberapa motif batik Pamekasan sudah didaftarkan seperti: Keraben Sapeh, Sakereh, Kempeng Saladerih, Padih-kepa, dan Manik-manik. Sentra batik di kabupaten Pamekasan yaitu Galeri batik yang berlokasi di jalan Jokotole Pamekasan dan Sentra Batik Tradisional Pasar 17 Agustus yang berlokasi di jalan Pamekasan.


motif_batik_pamekasan.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8p7vHOUPJIrg6znEXmQBTyYAql3hcp82tfjyZ0pWn5z7Zmeg7MYojnF07W0XT4ozsBeDAF90ztE9jjc1vsCq0U5YtL0R-_7GWPgDAt2yzN_BQWrfdw5uW8YO_nRl1IS_H_UqMBYo7N8I/s1600/IMG_0755.JPG

 Motif Batik Pamekasan

Kabupaten Sumenep
Batik Tulis Sumenep merupakan salah satu warisan budaya dari Keraton Sumenep. Secara Umum batik tulis ini hampir sama dengan batik tulis di Madura pada umumnya, namun yang membedakan dari daerah lain, selain pewarnaannya yang cenderung kontras, batik tulis Sumenep mempunyai motif yang unik.

sumenep.jpg

Motif Batik Sumenep

Sentra batik tulis Sumenep terdapat di daerah Pakandangan, Bluto, sekitar 16 km ke arah selatan dari pusat Kota Sumenep. Sentra batik tulis di Desa tersebut, sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Kerajaan Sumenep masih berdiri. Bahkan, sentra kerajinan batik tulis di desa ini sudah mulai kondang sejak Kerajaan Sumenep masih eksis hingga berakhir di bawah kekuasaan Ario Prabuwinoko pada tahun 1926-1929. Tak heran, bila motif batik buatan desa ini banyak dipengaruhi tradisi keraton. Misalnya, terlihat motif kipas yang sudah ada sejak tahun 1930-an.

kipas_jari.JPGMotif Bunga Kipas Jari


Sampai sekarang sentra batik tersebut masih bertahan. Sembari tetap mempertahankan tradisi batik tulis, mereka tetap mengikuti perkembangan motif dan desain dalam membatik.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar